[ReT-Ku #1] Pengantar Tata Kelola SI/TI
Hai, readers selamat datang
Pada kesempatan kali ini saya
akan mereview tentang salah satu tugas mata kuliah di program studi Sistem
Informasi, yaitu Tata Kelola SI/TI. Mata kuliah ini bisa dibilang merupakan
mata kuliah yang penuh analisis. Dilihat dari RPS yang disampaikan oleh dosen
saya, juga terlihat menarik. Hanya saja mungkin karena seharusnya mata kuliah
ini terlalu cepat untuk mahasiswa semester 4 seperti saya. Perlu beberapa waktu
untuk saya mencerna dan memahaminya terlebih dahulu.
Baiklah agar tidak terlalu
panjang langsung saja kita bahasa beberapa overview dibawah
ini. Selamat membaca 🙏
Pengantar Tata Kelola dan
Pengelolaan TI
Untuk mengenal tentang mata kuliah Tata Kelola
kita harus tahu terlebih dahulu apa itu Tata Kelola dan Pengelolaan TI.
Berdasarkan materi yang saya terima di kelas. Tata Kelola adalah proses yang
digunakan untuk memantau dan mengendalikan keputusan kapabilitas teknologi
informasi untuk memastikan pengiriman nilai kepada pemangku kepentingan utama
dalam suatu organisasi. Berdasarkan penjelasan tersebut konsep tata Kelola TI
mengacu pada cara organisasi mengelola dan mengendalikan TI untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Dalam sejarahnya Tata Kelola TI muncul pertama
kali pada tahun 1993. Pada masa itu Tata Kelola muncul sebagai turunan dari
tata Kelola perusahaan dan memiliki keterkaitan antara tujuan, strategi, dan
manajemen TI dalam suatu perusahaan. Dalam hal ini dapat diketahui tujuan utama
dari tata kelola TI yang memiliki tanggungjawab sebagai badan pengatur,
daripada kepala petugas informasi atau manajemen bisnis. Berikut ini tujuan utama tata kelola TI :
1.
Memastikan
penggunaan teknolog informasi menghasilkan nilai bisnis.
2.
Mengawasi
kinerja manajemen
3.
Mengurangi
resiko yang berkaitan langsung dengan teknologi informasi.
Dalam pengantar tata kelola dan pengelolaan TI
ini dapat diketahui konsep dasar dan prinsip pengelolaan TI dalam Organisasi
yang terbagi dalam lima domain, yaitu : strategi Aligment, Value Delivery,
Risk Manajement, Resource management, Performance Management.
Dalam pembahasan ini juga dijelaskan tentang
peran penting tata kelola TI dalam organisasi. Tata kelola yang baik dapat
membantu organisasi mematuhi peraturan dan standar yang berkaitan dengan
pengelolaan TI. Sehingga, dengan memahami konsep dasar dan prinsip-prinsip tata
kelola TI mereka dapat mengelola dan mengedalikan TI organisasinya dengan lebih
efektif dan efisien.
Urgensi, Prinsip, dan
Tujuan Tata Kelola dan Pengelolaan TI
Peran Tata Kelola dan Pengelolaan TI dalam suatu
organisasi sangatlah penting. Terutama pada era digital saat ini TI menjadi
salah satu asset terbesar bagi organisasi, sehingga diperlukan pengelolaan yang
professional dan efektif. Urgensi tata kelola dan pengelolaan Ti, antara lain:
untuk membantu para petinggi perusahaan atau organisasi agar dapat mendukung
tujuan dan misi perusahaa, membantu bagian eksekutif untuk meningkatkan
kesadaran karyawannya, memberikan panduan bagi dewan direksi, manajer, dan CIO
untuk menyelaraskan TI agar sesuai dengan sasaran dan kebijakan perusahaan.
Prinsip tata kelola TI terdiri dari lima domain
dengan cakupan, yaitu domain strategi Alignment mencakup perencanaan
jangka Panjang dan pengembangan strategi Ti yang terkait dengan tujuan
organisasi. Value Delivery meliputi proses dan prosedur untuk
merencanakan, mengimplementasikan, dan mengelola proyek TI, serta memastikan
bahwa proyek tersebut sesuai dengan anggarand an kualitas yang diperlukan. Risk
Manajement meliputi identifikasi, penilaian, dan pengelolaan risiko TI yang
terkait dengan tujuan organisasi. Resource management meliputi
pengelolaan sumber daya TI dalam organisasi dengan efektif dan efisien. Performance
Management mencakup pengukuran dan evaluasi kinerja TI yang terkait dengan
tujuan organisasi, agar organisasi dapat memastikan bahwa layanan TI yang
disediakan sudah memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna secara optimal
Tujuan dari tata kelola dan pengelolaan TI
adalah untuk meningkatkan kinerja TI, mencapai tujuan bisnis organisasi, serta
meminimalkan risiko dan biaya. Sebuah tata kelola yang berhasil nantinya akan
membantu organisasi tersebut untuk mempertahankan keunggulan kompetitif dan
meningkatkan nilai bagi pemangku kepentingan.
Relasi GCG dengan Tata
Kelola dan Pengelolaan TI
Setelah memahami konsep tata kelola dan
pengelolaan TI, kita dapat melihat bahwa relasi GCG (Good Corporate
Governance) berkaitan erat dengan tata kelola dan pengelolaan TI. Prinsip
GCG meliputi transparasi, akuntabilitas, keadilan, tanggungjawab, dan
kemandirian. Dalam konteks TI, GCG berperan penting dalam memastikan bahwa
keputusan dan tindakan yang diambil berkaitan dengan etika dan integritas yang
tinggi.
Salah satu contoh penerapan prinsip GCG dalam
tata kelola dan pengelolaan TI adalah melalui pengembangan kebijakan dan
prosedur yang transparan dan akutabel. Kebijakan dan prosedur harus dijabarkan
dengan jelas dan mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam
pengelolaan TI, termasuk para pengguna TI dan pihak-pihak yang terkait. Selain
itu, GCG bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya TI digunakan secara
efektif dan efisien. Maka dari itu, perusahaan harus memastikan bahwa proses
pengadaan, pengembangan, dan pemeliharaan sumber daya TI dilakukan dengan
transparan dan adil, serta mempertimbangkan faktor lainnya, seperti
ketersediaan, biaya, dan keadalan dalam pemilihan sumber daya TI.
Secara keseluruhan proses tata kelola dan
pengelolaan TI, dengan penerapan GCG dapat membantu organisasi untuk memastikan
bahwa keputusan dan tindakan berkaitan dengan TI diambil dengan etika dan
integritas yang tinggi, serta memastikan bahwa sumber daya TI digunakan secara
efektif dan efisien. Pada akhirnya hal ini dapat membantu organisasi untuk
mencapai tujuan bisnis yang telah ditetapkan.
Regulasi Nasional terkait
Tata Kelola
Regulasi nasional yang berkaitan dengan tata
kelola sangat penting untuk memastikan bahwa organisasi sudah mematuhi standar
dan prinsip yang diperlukan untuk menjalankan bisnis secara etis dan
bertanggung jawab.
Di Indonesia, regulasi nasional terkait tata
kelola dikeluarkan oleh pemerintah dan regulator terkait, seperti Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Otoritas Jasa Keuangan(OJK), dan Badan
Pengawas Pasar Modal, Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), dan sebagainya.
Salah satu regulasi nasional yang berkaitan
dengan tata kelola adalah undang-udang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Undang-undang ini mengatur tentang tata kelola perusahaan yang
meliputi tanggung jawab dewan direksi dan dewan komesaris, hak pemengang saham,
dan pengungkapan informasi yang transparan dan akurat. Oleh karena itu,
organisasi harus memastikan bahwa mereka mematuhi regulasi nasional yang
terkait dengan tata kelola untuk meminimalkan risiko hukum dan reputasi.
Organisasi harus memahami persyaratan regulasi tersebut dan menerapkannya dalam
proses bisnis mereka.
Balanced Score Card (BSC)
sebagai Framework
Balanced Score Card adalah framework perencanaan strategis dan manajemen kinerja
untuk melacak dan menentukan efektivitas organisas, serta sebagai petunjuk
kapan organisas dapat mengambil tindakan perbaikan yang dibutuhkan. BSC digunakan
didalam bisnis maupun pemerintahan dengan tujuan untuk menyelaraskan aktivitas
harian dengan visi, misi, dan nilai perusahaan. Selain itu, dalam implementasinya
BSC membutuhkan banyak usaha untuk dapat diterapkan dan digunakan secara
efektif, salah satunya dengan perusahaan memiliki sumber daya yang disiplin
untuk keberhasilan BSC.
Lalu apa fungsi BSC itu sendiri??
Berikut ini adalah beberapa fungsi yang dimiliki
BSC:
a.
Sebagai
alat ukur apakah visi misi perusahaan sudah tercapai.
b.
Sebagai
alat ukur keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan.
c.
Menjadi
panduan strategis untuk menjalankan bisnis.
d.
Untuk
alat analisis efektifitas strategi yang digunakan.
e.
Menggambarkan
dan menjelaskan kondisi perusahaan atau organisasi yang dimiliki dengan SWOT (Streight,
Weakness, Opportunities, dan Threats)
f.
Sebagai
kunci performa indikator perusahaan.
g.
Untuk
memberikan feedback terhadap shareholder perusahaan.
Dalam bidangnya sebagai framework BSC
dapat dikatakan merupakan alat ukur yang sederhana, memiliki kelemahan dan
keterbatasan akurasi informasi yang disajikan. Pada sisi lain BSC memiliki
keunggulan utama, berikut ini adalah keunggulan utama BSC menurut Kaplan dan
Norton:
a.
BSC dapat
menyatukan beberapa elemen yang berbeda dari agenda kompetitif perusahaan dalam
satu laporan.
b.
Dapat
menggabungkan semua metrik operasional yang krusial. Sehingga manajer tiap divisi
atau departemen dipaksa untuk mempertimbangkan suatu percapaian dengan risiko
yang berpotensi terjadi.
Secara keseluruhan, penggunaan BSC dalam tata kelola
dan pengelolaan TI dapat membantu organisasi untuk mencapai tujuan dan strategi
TI dengan cara yang terukur, terarah, dan efektif. Dengan begitu, akan
memberikan manfaat yang lebih besar bagi perusahaan atas investasi TI yang diberikan
dan memberikan nilai tambah bagi bisnis mereka secara keseluruhan.
Pengenalan COBIT 5 Family
sebagai Framework Utama
COBIT 5 merupakan
sebuah framework yang digunakan untuk mengelola dan mengaudit sistem
informasi di dalam perusahaan. Framework ini dikeluarkan oleh ISACA (Information
Systems Audit and Control Association) dan memiliki tujuan untuk membantu perusahaan
mencapai tujuan bisnis mereka melalui pengelolaan sistem informasi yang baik
dan efektif.
COBIT 5 mendeskripsikan
prinsip dan konsep dasar yang harus dipahami oleh perusahaan dalam mengelola
sistem informasi mereka. Prinsip tersebut meliput:
a.
Meeting
Stakeholder needs : Sistem infomasi
harus memenuhi kebutuhan stakeholder, seperti pelanggan, karyawan, dan
CEO perusahaan.
b.
Covering
The Enterprise End-to-End : Sistem informasi harus mencakup seluruh aspek
bisnis perusahaan, dari awal hingga akhir.
c.
Applying
a single and integrated framework:
Perusahaan harus menggunakan satu kerangka kerja yang terintegrasi untuk
mengelola sistem informasi.
d.
Enabling
a holistic approach: Dalam mengelola sistem informasi, perusahaan harus
memperhatikan semua aspek yang terkait, termasuk orang, proses, dan teknologi.
e. Separating
governance from management: Governance dan manajemen sistem informasi harus
dipisahkan agar sistem informasi dapat dielola dengan lebih efektif.
f.
Focusing
on risk: Perusahaan harus memperhatikan risiko dalam pengelolaan sistem
informasi dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko tersebut.
g.
Enabling
a culture of continuous improvement: Perusahaan harus senantiasa berusaha untuk
memperbaiki sistem informasi mereka agar lebih baik dari sebelumnya.
COBIT 5 memiliki
model referensi proses yang mencakup lima domain utama, yaitu:
1. Evaluate,
Direct, and Monitor (EDM): domain ini fokus pada pengawasan dan pengendalian
sistem informasi.
2. Align, Plan, and
Organize (APO): domain ini fokus pada perencanaan dan pengorganisasian sistem
informasi.
3. Build, Acquire,
and Implement (BAI): domain ini berfokus pada pengembangan dan implementasi
sistem informasi.
4. Delivery,
Service, and Support (DSS): berfokus pada pengiriman, layanan, dan dukungan sistem
informasi.
5. Monitor,
Evaluate, and Assess (MEA) : domain ini berfokus pada pemantauan, evaluasi, dan
penilaian sistem informasi.
Penggunaan COBIT 5
sebagai framework utama dalam pengelolaan sistem informasi sangatlah penting.
Dengan menggunakan COBIT 5, perusahaan dapat memastikan bahwa sistem informasi
mereka dikelola dengan baik dan efektif sehingga dapat membantu perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan atau organisasinya.
Seven
Enabler Kesuksesan Implementasi
Dalam implementasi
tata kelola dan pengelolaan TI, terdapat seven enabler atau faktor kunci
yang digunakan untuk keberhasilan implementasi. Enabler ini dapat membantu
organisasi dalam mengembangkan dan menerapkan praktek tata kelola dan
pengelolaan TI yang efektif, serta mencapai tujuan strategi TI mereka. Berikut
ini penjelasan singkat tentang seven enabler:
1.
Leadership,
Governance, and Culture: fakto
yang mempengaruhi keberhasilan implementasi tata kelola dan pengelolaan TI
adalah kepemimpinan, tata kelola, dan budaya organisasi. Kepemimpinan yang kuat dan komitmen dari tingkat
atas dalam mengadopsi praktek tata kelola dan pengelolaan TI, serta membangun
budaya yang mendukung penggunaan teknologi informasi secara efektif dan efisien.
2.
Strategy
and Planning: perencanaan strategi dan
pengembangan rencana aksi yang jelas untuk implementasi tata kelola dan
pengelolaan TI adalah Langkah penting untuk mencapai tujuan strategis TI. Hal ini
melibatkan pengembangan rencana tindakan yang terperinci dan terukur untuk
mencapai tujuan tersebut.
3.
People,
skills, and competencies:
sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang memadai dalam
teknologi informasi adalah kunci dalam implementasi tata kelola dan pengelolaan
TI yang berhasil. Organisasi harus memastikan bahwa karyawan memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan teknologi informasi
dengan efektif dan efisien.
4.
Processes
and Procedures: implementasi tata
kelola dan pengelolaan TI yang sukses memerlukan prose dan prosedur yang jelas
dan terstruktur untuk mengelola teknologi informasi dengan benar. Termasuk
proses untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko TI, serta untuk
memastikan bahwa pengelolaan dan penggunaan teknologi informasi dilakukan secara
konsisten dan sesuai dengan praktek.
5.
Information
and Technology: memiliki teknologi informasi
yang memadai dan infrastruktur yang diperlukan adalah enabler penting dalam
implementasi tata kelola dan pengelolaan TI yang sukses. Organisasi harus
memastikan bahwa teknologi informasi yang digunakan sudah sesuai dengan
kebutuhan bisnis, dan infrastruktur TI yang diperlukan tersedia untuk mendukung
implementasi.
6.
Risk
and Compliance: identifikasai,
penilaian, dan pengelolaan risiko TI adalah hal penting dalam implementasi tata
kelola dan pengelolaan TI yang sukses. Organisasi harus mampu untuk memastikan
bahwa resiko TI sudah diidentifikasi dan dinilai dengan benar, untuk
meminimalkan dampak negative yang dapat terjadi.
7. Performance Measure and Metrics: salah satu faktor kunci yang berperan penting dalam menentukan keberhasilan implementasi tata kelola dan pengelolaan TI, serta memungkinkan organisasi untuk terus memantau dan melakukan perubahan jika diperlukan. Tujuan strategis TI harus terkait dengan tujuan bisnis organisasi dan harus diukur dengan menggunakan matrik yang relevan dan terukur. Dengan melakukan pengukuran kinerja secara teratur, organisasi dapat mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan membuat perubahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategi organisasi mereka.
Sekian untuk sesi ReT-Ku #1, semoga tulisan ini dapat menjadi catatan saya untuk dipelajari lebih lanjut kedepannya. Terima Kasih sampai jumpa👋
Komentar
Posting Komentar